Welcome to SPK Anak Muda GBI Basilea Christ Cathedral Web Site ...

Sunday, December 9, 2012

IMAN SEPERTI ABRAHAM

IMAN SEPERTI ABRAHAM

“Jadi kamu lihat,bahwa mereka yg hidup dari iman,mereka itulah anak-anak Abraham”
(Galatia 3:7).

Abraham disebut sebagai bapa orang beriman, atau dengan kata lain, dia adalah contoh bagi orang yang mau hidup beriman pada Tuhan. Lalu seberapa besar kah imannya hingga patut jadi contoh atau ukuran bagi tiap kita? Dan bagaimana cara kita mengukurnya?


1) Seberapa rela kita tinggalkan cara hidup lama? Ketika Abraham diperintahkan Tuhan untuk tinggal kan negrinya yang lama (Dengan cara hidupnya yang lama), Abraham taat dan rela, meski dia sama sekali belum tahu dan melihat, apa yang kemudian akan dia terima (Ibrani 11:8/Kejadian 12:1-2) . Bagaimana kita bisa dikatakan memiliki kepercayaan/iman pada Tuhan jika sama sekali tidak mau tinggalkan cara hidup lama kita? Dan bukankah dengan tetap hidup cara lama itu membuat Tuhan tidak bisa menolong atau memberkati kita? Jadi jika kita tidak juga mau tinggal kan dosa kita, bukankah itu sama saja artinya bahwa kita belum percaya betul? bahwa apa yang Tuhan Firmankan itu haruslah kita lakukan atau pasti akan terjadi? Sebab iman bukan hanya sekedar kata “aku percaya”, tapi juga harus disertai dengan perbuatan (Yakobus 2:14).

2) Seberapa berani kita rela korban untuk Tuhan? Ishak adalah milik terbesar dan satu-satunya, yang dipunyai Abraham. Satu hari, anak yang didapat dengan perjuangan berpuluh tahun tadi, diminta Tuhan. Tanpa pikir panjang Abraham berikan apa yang Tuhan minta karena dia yakin. Bukan saja Tuhan sanggup kembalikan apa yang dia berikan, bahkan meski Ishak harus disembelih sebagai korban, Tuhan pasti sanggup menghidupkannya lagi, untuk dikembalikan padanya (Ibrani 11:17-19). Lalu apa benar, Tuhan sangat inginkan apa yang Abraham miliki? sama sekali tidak! Itu hanya untuk menguji, sampai di mana kesetiaan dan kecintaannya pada Tuhan. Karena ternyata, Tuhan sendiri telah sedia kan korban tersebut (Kejadian 22: 16-17). Jika kita diminta untuk korban, dan lalu kemudian masih berpikir panjang kali lebar, bukankah itu menunjukkan kita kurang yakin bahwa Tuhan tidak akan pernah rugikan kita? Dia sanggup kembali kan lagi, tanpa kurang sepeserpun . Lalu kita katakan, wah saya juga sedang ada dalam kekurangan! Justru supaya tidak lagi kekurangan, berilah... maka kamu akan menerima berlipat kali ganda (Maleakhi 3:10 = Lukas 6:38) . Hal ini, jangan hanya kita hapal di kepala saja, tetapi justru harus kita praktekkan, supaya kita bisa lihat hasilnya. Dan bagaimana mungkin jeritan kita akan didengar, jika kita sendiri menutup telinga pada jeritan yg sedang orang susah?

3) Seberapa lama kita tetap percaya,meski belum lihat harapan? Abraham perjuangkan imannya, bukan sehari dua hari. Dan sama sekali dia tak punya harapan atau kemungkinan apa-apa, sebab Abraham sudah mati pucuk dan Sara rahimnya telah tertutup (Ibrani 11:11), tapi meski begitu Abraham tetap teguh percaya pada apa yang Tuhan janjikan, sebab dia yakin bahwa Dia Yang berjanji itu “Setia”, Alias tidak akan pernah ingkar, tak pernah lupa, untuk mengenapi segala yg telah dijanjikan kepadanya (Ibrani 11:11).

Tuhan memberkati .